Melupakan tak semudah melepaskan. Sedangkan melepaskan tak semudah meninggalkan. Kepergian adalah suatu hal yang menyakitkan dari kebersamaan. Namun perpisahan tak dapat dihindarkan jika keduanya tak mampu bertahan.
Keegoisan menjadi alasan utama perpisahan. Ingin dimengerti namun tak mau memahami. Ingin bertahan namun tak mampu menenangkan. Logika dan perasaan tak mampu lagi dikendalikan. Emosi mulai menguasai diri. Benteng kesabaran mulai runtuh berjatuhan. Pondasi kepercayaan mulai dipertanyakan. Komitmen untuk bersama, sirna begitu saja bersama tumbangnya rasa percaya.
Tiba saat ikatan mulai diputuskan, memilih untuk tak lagi memperjuangkan. Ribuan tanya akan menghantam kepala, hingga diri tak tau apa yang tengah mengganggu. Pertanyaan yang tak pernah berujung jawaban semakin membuat diri terpuruk dalam keadaan. Layaknya keinginan yang memuncak namun tak kunjung terjawab. Membuat raga ikut terkoyak bersama hati yang tak mampu beranjak.
Seiring waktu berlalu, pertanyaan dan jawaban tak kunjung bertemu. Hipotesa atas rasa tak kunjung menemukan makna. Bulan demi bulan berganti namun perasaan tak mampu berhenti. Tanda tanya masih berputar di kepala, menanyakan sebab dan akibat dari peristiwa. Keputusan yang disesalkan, namun tak ingin diutarakan. Memilih bersembunyi bersama luka di hati. Penyesalan telah menyakiti seseorang yang berarti. Rasa bersalah yang tak kunjung berhenti semakin menyiksa diri.
Meski raga telah memilih pergi, namun hati tak mampu bersembunyi. Keinginan diri untuk berhenti tak mampu terpenuhi. Keputusan untuk melupakan tak semudah yang dibayangkan. Terlihat tak perduli, namun diam-diam menjadi pemerhati. Tak pernah berhenti mengamati, namun memilih diam agar tak lagi menyakiti.
11 Agustus 2019
Σ'siska