Friday, January 27, 2023

Dermaga Keterasingan Abadi

Derai tetesan tinta menyebar kini di sela-sela jemari

Tersurat sebuah cipta dari gugusan bintang-bintang aksara mati

Menyudahi setiap kekacauan nalar nan tersungkur ke dalam imaji

Kini sudah sampai pandangku pada lembaran keterpurukan

Ya, tercatat dalam angkasa fikirku

Aku kini kembali bersuara dalam bungkamku

 

Hela nafas ini menyadarkan sisi gelapku

Berulang kali semua ini menjadi dimensi tak terukur

Mengeruh bagai langit yang bias dalam nuansa abu

Sampai akhirnya bercucuran sudah air bahtera langitku

Namun kembali suara itu hanya terdengar dalam bisu

 

Sebagai pelbagai lidah yang tersiksa dalam kelu ini

Kusampaikan pada ribuan mata yang terhanyut dalam kepalsuan surga duniawi

Kelak , suatu saat kau akan bertepi

Pada kesudahan yang di situ kau hanya bisa menatap lirih

Sembari tersenyum dan berkata "semua ini hanyalah ilusi dalam tempurung tak berisi"

Ya, asing memang kalau kau belum sampai ke tepi

Tak perlu kau bedah isi kepala itu

Karena ini semua hanya ada di balik degupan jantung yang tak henti merapal setiap kepastian

 

Dalam binar cahaya lampu kamar nan redup

Garis demi garis terhubung menjadi simetris

Berimbuh dalam kata-kata pujangga dahulu

Bahwasanya penyesalan terdalam ada dalam setiap ucap yang tak mau mendengar

Keindahan itu hanyalah semu

Sementara kepalsuan yang kau buat

Itulah kenyataan yang lesap terlupa

Lesap , jauh terkubur dalam media angan dan inginmu

 

Ini sekedar ujarku, tak perlu kau risaukan

Karena ini hanya sebagian kecil

Dari lembaran perjalanan panjang terdahulu

Ya, bekas potongan-potongan puzzle dalam rinduku

Terhadap suara nan selalu menyeruku dalam keheningan

 

Sampai bersapa di akhir masa tinta ini habis dalam ukiran detik waktu

Kini bukanlah kemarin ketika aku berucap lebih

Ini bukan pula keinginan

Karena semua sudah sampai dan bertepi

Dalam ruang nyata di balik senyumku dan kalian nan mengemban bahasa kalbu

Di dermaga ini aku berdiri dalam tenang

Terasing dan terurai sampai menjadi abu

 

3 Januari 2023

Ksatria langit

Dengarlah, wahai sang pengembara waktu

Zona Singgah

Diperselisihan antara memori dan titik temu

Bagai pendosa yang merindukan surga

Gerak menembus dosa

Menjadi silsilah sejarah yang tak tercatat

 

Bagai api unggun cahaya tengah gelap

Menjadi abadi tunggal membara

Lupa padam tak mengenal lawan

Menari-nari di antara nyanyi tak ada arti

 

Tuangkan air cinta bagai permata

Termabuk kepayang dalam telaga

Menyusun makna pada luka dan cinta

Bisik-bisik kelambu semakin nikmat rasanya

 

Bermain padi tanam sendiri

Menyindir-nyindir payah sekali

Bagai dalang lupa wayang

Masalah dalam peti sudah jadi puisi

 

Berlekas berlomba merangkai kata

Akhirnya lupa jua pada moral dan makna

Katanya rindu dan cinta

Lalu kenapa sastra tak mati saja

 

Tutup kata tutup kalimat

Buka mata pasang telinga

Biar rasa akan terasa nikmat

Sulam kelambu dari kain sutra

 

17 Desember 2022, Tanah Laut

Kalbu Paradigma Pribadi

Pelajar X

Kertas Kosong

Tanda adalah petunjuk,

Kertas kosong adalah wadah jawaban.

Tentang sebuah kalimat  tidak semua bisa tersirat, karena akal memiliki batas jangkauan nalar.

Apalagi untuk menerjemahkannya.

 

Mungkin karena keterbatasan nalar, atau kata-kata.

Mungkin karena diri terlalu naif untuk disampaikan dan banyak kemungkinan lain.

Kendati kertas itu masih kosong dan tanpa jawaban, tentunya sesuatu ketetapan  dari-Nya adalah lebih baik dari apa yang direncanakan oleh umat-Nya.

 

 Oleh : Beny Anpriska Nata

Sriwijaya, 21 Mei 2022

Monday, February 1, 2021

Bumi Aksara Istana Pelangi



OPEN PRE ORDER "BUMI AKSARA PELANGI" DARI GORESAN PENA FAMILY😍😍😍
.
.
.
#antologipuisi #antologi #rexpublishing #preorder #majubersamakaryaanakbangsa #newbook 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
👥 : facebook.com/rex_publishing
📷 : @Rex_publishing
📩: publishing.rex@gmail.com
Wattpad: Rex_publishing

📱: 081249092360