Aku hanyalah saksi nyata setiap kedatangan
Begitu pun kelak kepergian di akhir masa kemurungan
Dengan beraneka ragam dimensi luka dari ingatan
Bukan hal asing, ketika mereka tiba sesaat lalu hilang di kemudian.
Diantara sunyi ku merelakan
Terdiam di pelataran rimbun pepohonan
Membisu, memancang deru dalam penantian
Meski tak pernah kunjung bersua dengan dia, keberadaan.
Tanda seru dalam setiap pertemuan
Merangkai sendu dalam lembaran kesendirian
Kini semua ramu menjadi pelebur keletihan
Di kala tepian langkah tertegun di keadaan dan ketiadaan,asa keyakinan.
Riuh angin bersenandung, menyeruak keheningan
Menutup kelopak baskara di bumantara kehidupan
Menembus kehampaan jiwa-jiwa redup nan rentan
Tertampak penyesalan, pengharapan dan kekecewaan mereka, sebagian insan.
Kini ku melihat kenyataan di persinggahan
Terbingkai serangkai frasa dari bergumpal-gumpal kesedihan
Dari sisa pertumpahan amarah serta gundah kekeliruan
Mereka terkumpul di ujung pandangan samar, tak begitu maujud, merupa kesemuan.
Barisan kisah demi kisah terkapar di kefanaan
Semakin ku sadari betapa rapuh genggaman tangan kalian
Para pencari filantropi yang kini menjelang kepayahan
Semua bertumpu di perhentian sesaat, tersandar di tepian kegelisahan.
Sesaat ku melihat diantaranya terkukuh di kekosongan
Lalu akhirnya tersenyum dalam candramawa kebersamaan
Sampai keputusan hadir di penghujung kekhawatiran
Ketika cahaya kembali merasuk ke pemikiran, mengadakan ketenangan.
Aku bukanlah eksistensi pengemban kebahagiaan
Tak pantas pula menjadi sebuah harapan
Karena diriku sebatas kesementaraan
Untuk segenap manusia yang ingin sejenak terduduk diantara kedamaian,di bahtera keinginan.
Pada kesudahannya siklus nafas berkelanjutan
Sekarang ataupun kelak aku hanyalah keterasingan
Walau setakat nyawa tak lagi singgah di kemudian
Aku kan tetap disini membuka ruang persandingan untuk setiap keresahan, selayak bangku taman.
Bandung, 21 Oktober 2019
Ksatria Langit
Pkl 21:30 WIB
No comments:
Post a Comment