Semua tampak abu-abu dengan Bias yang membuat hatinya yang semakin membisu
Di atap dunia Itu mereka Bertemu, dalam Putaran waktu yang sedemikian statis, dua insan Manusia itu Berjanji untuk selalu bersua kembali
Namun Setelah 2 Dasawarsa berselang, Gema tak jua menemukan temu dengan sunyi, bintang gemintang berpendar di sana, angin semilir meniup lembut setiap helai rambut gema, tapi kerinduan tak jua membuahkan hasil
Dimana sunyi?
bukankah kita berjanji akan bertemu lagi di sini
Dimanakah aku dapat menemukanmu sunyi?
Matanya menatap kosong menembus batas cakrawala, dingin menusuk tubuhnya yang semakin kelu di terjang angin ketinggian
Samar-samar Gema dalam garis pandangnya, ia melihat sunyi sedang tersenyum ramah kepadanya, dengan Senyum paling hangat yang pernah ia temui di bumi.
Aku akan tetap disini Sunyi, meski sampai berapa dasawarsa pun aku harus menanti. masih banyak hal perlu kita lewati bersama, masih banyak cerita yang harusnya kita tulis bersama.
Sambil meminum secangkir kopi di atap dunia itu gema Bersandar di sebuah Pohon Besar tus yang kokoh, dimana mereka berdua pernah mengukir namanya bersama, berjanji untuk bertemu lagi disana mesti entah tak tahu kapam itu terjadi.
Di atap dunia itu, gema berujar kepada langit, ia meminta kesepakatan dengan semesta, pertemukan lagi aku dengannya, biarkan lembaran cerita yang kita pernah tulis terampun indah sampai pada bab-bab akhir.
Jangan usaikan cerita ini, ketuklah hati sunyi wahai semesta, sampaikan bahwa di atap dunia ini, ada Seorang manusia yang menantinya.
Jakarta, 19 Agustus 2019
Fah
No comments:
Post a Comment